Monday, February 12, 2024

Market Review, Senin 12 Februari 2024


 

PT Rifan Financindo Berjangka - Nikkei

Libur

Hang Seng

Hari Ketiga Tahun Baru Imlek

Emas

Emas ditutup lebih rendah pada hari Senin (12/2) bahkan ketika dolar dan imbal hasil treasury melemah menjelang data inflasi AS bulan Januari yang akan dirilis besok.

Emas pengiriman April ditutup turun US$5,70 menjadi US$2.033,00 per ons.

Penurunan ini terjadi menjelang rilis indeks harga konsumen AS bulan Januari pada hari Selasa, yang diperkirakan menunjukkan inflasi melambat menjadi 2,9% secara tahunan dari 3,4% pada bulan Desember, menurut Marketwatch. Tidak termasuk harga energi dan pangan yang fluktuatif, inflasi diperkirakan akan melambat menjadi 3,7% dari 3,9%.

"Emas masih terjebak dalam kisaran perdagangan yang ketat... dengan laporan inflasi AS besok menjadi katalis arah potensial berikutnya untuk emas," kata Saxo Bank.

Dolar melemah menjelang laporan utama tersebut, melepaskan kenaikan sebelumnya, dengan indeks dolar ICE terakhir terlihat turun 0,07 poin menjadi 104,05.

Imbal hasil Treasury menurun, dengan obligasi dua tahun AS terakhir terlihat membayar 4,463%, turun 2,1 basis poin, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun turun 1,9 basis poin menjadi 4,148%.

Minyak

-‹ Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup dengan kenaikan kecil pada hari Senin (12/2), naik untuk sesi keenam berturut-turut tetapi tetap berada dalam kisaran yang kuat karena kekhawatiran atas kekerasan di Timur Tengah diimbangi oleh pasokan yang memadai dan permintaan yang lemah.

Minyak mentah WTI untuk pengiriman Maret ditutup naik US$0,08 menjadi US$76,92 per barel, sedangkan minyak mentah Brent April, yang menjadi minyak acuan global, terakhir terlihat turun US$0,25 menjadi US$81,94.

Peningkatan ini terjadi ketika Israel melancarkan perangnya melawan Hamas di kota Rafah yang padat di Gaza, sementara milisi Houthi Yaman terus menyerang kapal-kapal di Timur Tengah. Namun, menteri luar negeri Iran mengatakan dia yakin perang Israel-Hamas mengarah pada solusi diplomatik. Hal ini mengurangi kekhawatiran bahwa konflik akan menyebar ke negara penghasil minyak utama di Teluk Persia.

Lemahnya permintaan dari Tiongkok karena perekonomiannya melambat dan meningkatnya pasokan dari Amerika Serikat dan negara-negara non-OPEC+ lainnya yang mengimbangi penurunan produksi dari kartel juga membuat harga tetap berada pada kisaran yang sama. PT Rifan Financindo Berjangka.

Sumber : RFBNEWS

No comments:

Post a Comment