Thursday, May 28, 2020

New Normal Adalah Dunia Baru yang Mengubah Teknologi

Social distancing. Table with plastic shield in the middle as a protection from Covid-19 as a new normal way of life after Covid-19.

Rifan Financindo - Laporan dari China yang menerapkan lockdown selama tiga bulan menemukan kebiasaan manusia berubah karena adanya COVID-19, hal ini pun berpengaruh ketika orang-orang masuk ke dalam fase new normal. Sebenarnya apa itu new normal dan seperti apa pengaruhnya pada kebiasaan kita dalam menggunakan teknologi?

New normal merujuk Lexico, situs di bawah pantauan Oxford, dijelaskan sebagai keadaan yang sebelumnya tidak biasa atau familiar yang kemudian dijadikan standar, kebiasaan atau ekspektasi. Contoh kecilnya adalah manusia 'dipaksa' untuk beralih bekerja dan belajar melalui internet, atau penggunaan masker serta belanja serba online.


Baca Juga :

Dikutip dari Computer Weekly, ada efek mulai dari jangka pendek, menengah atau medium, dan panjang akibat COVID-19 terhadap penggunaan teknologi. Berikut ini perkiraannya:

1. Jangka pendek
Dalam jangka pendek, inisiasi work from home (WFH) dan anak belajar dari rumah memberikan tekanan pada orang secara global untuk terbiasa dengan peralatan IT dan koneksi internet. Terbukti juga banyak aplikasi yang mengalami peningkatan jumlah download untuk memudahkan pertemuan seperti Skype atau Zoom.

Sebagaimana diprediksi, bencana berkaitan dengan kesulitan ekonomi yang membuat peningkatan cyber crime atau kejahatan siber. Orang yang tidak familiar dengan teknologi pun menjadi sasaran rentan.

Meski begitu, teknologi juga membantu dalam memonitor, melacak, mengelola penyebaran virus, serta menganalisis data pergerakan virus SARS-CoV-2. Bahkan ada banyak aplikasi yang diluncurkan untuk memantau kondisi kesehatan.

2. Jangka menengah
Jika sebelumnya ada tekanan dalam menjalankan WFH atau e-learning, kini orang-orang terbiasa melakukannya. Sudah bukan jadi pemandangan aneh di mana orang pergi ke kantor hanya 2-3 kali dalam seminggu dan jumlah jam kerja yang menurun drastis.

Begitu juga pemanfaatan teleconferencing menjadi hal yang biasa bagi setiap segmen masyarakat. Melihat dari tanda yang ada, sepertinya kita sudah masuk dalam fase ini.

3. Jangka panjang
Sadar dengan digitalisasi yang dipercepat dari kondisi new normal, kebutuhan koneksi yang cepat menjadi hal yang didambakan banyak orang. Investasi pada 5G nampaknya akan mengalami peningkatan. Belum lagi interaksi sosial dan shopping yang lebih efisien dengan medsos juga e-commerce membuat teknologi semakin dekat dengan kita.

Nah, ini juga berpengaruh dalam sisi teknologi yang dimanfaatkan untuk berbagai industri khususnya kesehatan. Telemedicine semakin berkembang, data penelitian dan pengobatan pun lebih jelas tersimpan, serta munculnya aplikasi-aplikasi yang mendorong untuk gaya hidup sehat.

Belum lagi efisien pekerjaan yang dapat dipaksa untuk ditekan, mau tak mau menimbulkan persaingan dalam mencari pekerjaan menjadi lebih sulit. Tapi, tak selamanya berarti buruk, new normal bisa menjadi peluang bagi mereka yang ingin membuka lapangan pekerjaan memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang.

Lebih jauhnya, kita belum tahu pasti ke mana efek pandemi COVID-19 membawa kita. Yang jelas, sudah sangat menunjukkan bahwa teknologi makin berperan di era sekarang. Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Wednesday, May 27, 2020

Asteroid Hantam Dinosaurus dengan Sudut Paling Mematikan

Dinosaurus punah

PT Rifan Financindo - Asteroid raksasa yang menghantam Bumi 66 juta tahun yang lalu memusnahkan populasi dinosaurus. Kini ilmuwan menemukan apa yang membuat hantaman asteroid ini sangat mematikan.

Ilmuwan sudah tahu bahwa asteroid tersebut berukuran 12 km dan hantamannya menghasilkan kawah Chicxulub seluas 200 km di Meksiko serta menghancurkan tiga perempat kehidupan di Bumi. Tapi sudut dan arah hantaman tersebut masih jadi perdebatan.

Dalam studi terbaru yang melibatkan tiga universitas, ilmuwan mengatakan simulasi 3D mereka menunjukkan asteroid tersebut menghantam di sudut 40 hingga 60 derajat dari arah timur laut.

Baca Juga :

Dikutip detikINET dari CNN, Kamis (28/5/2020), dosen ilmu planet dari Imperial College London Gareth Collins mengatakan, sudut ini merupakan skenario terburuk bagi eksistensi dinosaurus.

"Hantaman asteroid melepaskan gas yang mengubah iklim ke atmosfer dalam jumlah besar, memicu serangkaian peristiwa yang berujung pada kepunahan dinosaurus," kata Collins dalam keterangan resminya.

"Ini kemungkinan diperburuk oleh fakta bahwa asteroid menghantam pada salah satu sudut yang paling mematikan," sambungnya.

Daerah yang dihantam asteroid di Meksiko diketahui mengandung sulfur dalam jumlah besar dari mineral gypsum. Ketika material ini terlempar ke atmosfer dan bercampur dengan uap air, kemudian menghalangi sinar matahari berujung pada musim dingin yang abadi.

Collins mengatakan hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa asteroid itu menabrak Bumi dengan sudut yang lebih tumpul dan datang dari arah tenggara.

Tim peneliti yang terdiri dari ilmuwan dari Imperial College London, University of Freiburg dan University of Texas mendapatkan temuan ini setelah memeriksa bentuk dan struktur kawah dan bebatuan yang didapat dengan mengebor kawah. Hasil studi ini diterbitkan di jurnal Nature Communications.

Informasi ini dan data lainnya digunakan untuk mebuat model yang mensimulasikan bagaimana kawah Chicxulub terbentuk, dan menentukan arah serta sudut datangnya asteroid.

Tim ilmuwan mempertimbangkan empat sudut berbeda yaitu 90, 60, 45 dan 30 derajat. Mereka mengatakan sudut 60 derajat merupakan yang paling mungkin karena hubungannya dengan tiga fitur yang ada di kawah.

Ketiga fitur itu adalah pusat kawah, lingkaran gunung yang ada di dalam pinggiran kawah dan batu padat yang berada 30 km di bawah kawah. Tiga fitur ini sejajar dengan arah barat daya-timur laut, dan simulasi 3D pada sudut 60 derajat bisa mereproduksi hasil observasi hampir persis.

"Walau terkubur hampir di bawah batu sedimen sedalam satu kilometer, sungguh luar biasa bahwa data geofisika bisa mengungkap sangat banyak tentang struktur kawah - cukup untuk menggambarkan arah dan sudut hantaman," kata peneliti dari University of Freiburg Auriol Rae. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Tuesday, May 26, 2020

Penampakan Roket SpaceX dari Antariksa Sebelum Meluncur

Kapsul Dragon Crew akan diterbangkan dengan dukungan roket Falcon 9. Misi berawak ini akan membawa dua astronaut ke ISS.

Rifanfinancindo - Dalam hitungan beberapa hari ke depan, NASA akan mengukir sejarah bersama roket SpaceX. Roket itu sudah terpasang di landasan peluncuran dan dapat dilihat dari luar angkasa.

Satelit WorldView-3 milik Maxar Technologies yang tengah mengorbit ini, memperlihatkan penampakan kapsul Crew Dragon yang sedang bersandar di landasan peluncuran di Pad 39A Kennedy Space Center, Florida, AS.

Sebagaimana dilansir dari Space, Rabu (27/5/2020) satelit WorldView-3 merilis tiga buah gambar, yang mana salah satu fotonya sangat jelas menunjukkan kapsul Crew Dragon yang nanti akan didorong Falcon 9 ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Baca Juga :

Gambar visual yang diambil pada Sabtu (23/5) kemarin, bertepatan dengan gladi resik sebelum hari besarnya yang dijadwalkan diluncurkan pada 27 Mei pukul 16:33 waktu setempat.

Kapsul Dragon Crew akan diterbangkan dengan dukungan roket Falcon 9. Misi berawak ini akan membawa dua astronaut ke ISS.Kapsul Dragon Crew akan diterbangkan dengan dukungan roket Falcon 9. Misi berawak ini akan membawa dua astronaut ke ISS. Foto: Maxar

Adapun, misi berawak itu akan mengangkut astronaut Bob Behnken dan Doug Hurley yang akan menjadi 'warga baru' di ISS.

Tapi jika hari tersebut diwarnai dengan cuaca buruk dan kontroler memutuskan untuk membatalkan peluncuran, NASA dan SpaceX akan mengundurnya hingga 30 Mei.

Kapsul Dragon Crew akan diterbangkan dengan dukungan roket Falcon 9. Misi berawak ini akan membawa dua astronaut ke ISS.Kapsul Dragon Crew akan diterbangkan dengan dukungan roket Falcon 9.

Peluncuran ini sebenarnya masih merupakan tes untuk menguji kapsul Crew Dragon dalam membawa awak astronaut menuju ISS. Disebut sebagai Demo-2, misi ini akan membawa Behnken dan Hurley untuk tinggal di ISS selama empat bulan untuk menguji sistem Crew Dragon.

Jika semuanya berjalan lancar, SpaceX akan menerbangkan empat astronaut lainnya menuju ISS pada akhir tahun ini lewat misi Crew-1. Rifanfinancindo.

Sumber : Detik

Kenapa Banyak Virus Berasal dari Kelelawar Bisa Mematikan?

This is the whole reason we came to this particular restaurant. 
 
Rifan Financindo - Bukan suatu kebetulan jika sejumlah virus mematikan dalam beberapa tahun belakangan seperti SARS, MERS, Ebola, Marburg dan yang terbaru 2019-nCoV yang menyebabkan COVID-19 diperkirakan berasal dari kelelawar. Kenapa banyak virus mematikan berasal dari hewan ini?

Anehnya, meski virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit serius dan seringkali mematikan bagi manusia, kelelawar sendiri tampaknya kebal terhadap virus yang dibawanya tersebut.

Sebuah penelitian terbaru dari University of California (UC) Berkeley, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa respons kekebalan yang kuat dari kelelawar terhadap virus dapat mendorong virus untuk bereplikasi lebih cepat.


Baca Juga :
Dengan demikian, ketika virus melompat ke mamalia dengan sistem kekebalan rata-rata seperti manusia, virus itu akan menimbulkan kekacauan di dalam tubuh yang bisa menyebakan kematian.

Beberapa kelelawar, termasuk yang diketahui sebagai sumber penyebaran infeksi virus pada manusia, telah terbukti menjadi 'rumah' bagi sistem kekebalan yang terus-menerus dipersiapkan untuk meningkatkan pertahanan terhadap virus.

Infeksi virus pada kelelawar ini menyebabkan respons cepat yang menghalangi virus keluar dari sel. Meskipun dapat melindungi kelelawar agar tidak terinfeksi dengan viral load yang tinggi, sistem kekebalan ini mendorong virus bereproduksi lebih cepat di dalam inang sebelum sistem pertahanan disiapkan.

Seperti dikutip dari Phys.org, hal ini menjadikan kelelawar sebagai reservoir unik dari virus yang cepat bereproduksi dan sangat mudah menular.

Sementara kelelawar dapat menolerirnya, saat virus tersebut pindah ke makhluk hidup yang tidak memiliki sistem kekebalan respons cepat, maka virus tersebut dengan cepat membanjiri inang baru mereka, yang menyebabkan tingkat kematian tinggi.

"Beberapa kelelawar mampu meningkatkan tanggapan antivirus yang kuat ini, tetapi juga menyeimbangkannya dengan respons anti-peradangan," Cara Brook, seorang postdoctoral Miller Fellow di UC Berkeley yang menjadi peneliti utama riset ini.

"Sistem kekebalan tubuh kita akan menghasilkan peradangan luas jika mencoba strategi antivirus yang sama seperti ini. Tetapi kelelawar secara unik bisa menghindari ancaman imunopatologi," tambahnya.

Para peneliti juga mencatat, gangguan terhadap habitat kelelawar tampaknya memberi tekanan pada hewan ini dan membuat mereka menumpahkan lebih banyak virus dalam air liur, urin, dan feses mereka yang dapat menginfeksi hewan lain.

"Ancaman lingkungan yang meningkat terhadap kelelawar dapat menambah ancaman zoonosis," kata Brook.

Brook sendiri bekerja dengan program pemantauan kelelawar yang didanai oleh DARPA (Badan Proyek Penelitian Pertahanan Lanjutan AS) yang saat ini sedang berlangsung di Madagaskar, Bangladesh, Ghana dan Australia. Proyek bernama Bat One Health ini mengeksplorasi hubungan antara hilangnya habitat kelelawar dan penyebaran virus kelelawar ke hewan lain dan manusia.

"Intinya adalah bahwa kelelawar berpotensi istimewa dalam hal menampung virus," kata Mike Boots, ahli ekologi penyakit dan profesor biologi integratif UC Berkeley.

"Ini bukan terjadi secara acak bahwa banyak dari virus berasal dari kelelawar. Kelelawar bahkan tidak berhubungan dekat dengan kita, jadi kita tidak akan menyangka mereka menjadi tuan rumah bagi banyak virus manusia. Tetapi penelitian ini menunjukkan bagaimana sistem kekebalan kelelawar dapat mendorong virulensi yang mengatasi ini," jelasnya. Rifan Financindo.


Sumber : Detik

Tuesday, May 19, 2020

Astronom Abadikan 2 Bayi Planet Baru Lahir

Potret Pluto, Mantan Planet yang Kini Cuma Komet 
 
PT Rifan Financindo - Ilmuwan dan astronom melaporkan sebuah bukti yang menunjukkan kelahiran sepasang planet yang mengorbit bintang PDS 70. Dua planet ini dapat dikategorikan sebagai planet berukuran raksasa.

Dalam penelitiannya, tim astronom menggunakan sensor gelombang depan piramida inframerah baru untuk koreksi optik adaptif (AO) di WM Keck Observatory di Maunakea, Hawaii.

Tim yang dipimpin Caltech ini menerapkan metode baru dalam mengambil 'foto keluarga' planet bayi, atau protoplanet, dan mengkonfirmasi keberadaan mereka.


Baca Juga :
Dalam laporan mereka di jurnal ilmiah The Astronomical Journal, dijelaskan bahwa PDS 70 adalah sistem multi-keuangan pertama yang dikenal, dan menjadi tempat para astronom bisa menyaksikan pembentukan planet.

Gambar langsung pertama dari salah satu planetnya, PDS 70b, diambil pada 2018 diikuti oleh beberapa gambar yang diambil pada panjang gelombang yang berbeda dari saudara kandungnya, PDS 70c di 2019. Kedua protoplanet yang mirip Jupiter ini ditemukan oleh Very Large Telescope (VLT) milik European Southern Observatory.

"Ada beberapa kebingungan ketika kedua protoplanet ini pertama kali dicitrakan," kata Jason Wang, penulis utama penelitian ini, dikutip dari Space Daily.

"Embrio planet terbentuk dari piringan debu dan gas yang mengelilingi bintang yang baru lahir. Materi berbentuk lingkaran ini menambahkan diri ke protoplanet, menciptakan semacam tabir asap yang membuatnya sulit untuk membedakan piringan berdebu dan gas dari planet yang sedang berkembang dalam sebuah gambar," urainya.

Gambar langsung dari protoplanet PDS 70 B dan Planet C (berlabel panah putih). Gambar ditangkap menggunakan sistem optik adaptif Keck Observatory yang baru diupgrade.Gambar langsung dari protoplanet PDS 70 B dan Planet C (berlabel panah putih). Gambar ditangkap menggunakan sistem optik adaptif Keck Observatory yang baru diupgrade. Foto: Space Daily

Tim astronom mengambil gambar PDS 70 dengan Near-Infrared Camera (NIRC2) pada teleskop Keck II. Metode ini menandai sains pertama untuk coronagraph vortex yang dipasang di NIRC2 sebagai bagian dari peningkatan update, dikombinasikan dengan upgrade sistem Observatory AO yang terdiri dari sistem baru.

"Citra PDS 70 yang ditangkap tim Jason adalah di antara tes pertama dari kualitas ilmiah yang dihasilkan oleh sensor muka gelombang piramida Keck," kata ilmuwan AO Charlotte Bond, yang berperan penting dalam desain dan pemasangan teknologi ini.

"Sangat menarik melihat seberapa tepat sistem AO baru mengoreksi turbulensi benda-benda berdebu di atmosfer seperti bintang-bintang muda di mana protoplanet diperkirakan berada. Ini memungkinkan untuk melihat tata surya versi bayi yang paling jelas dan paling tajam," tutupnya. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Kenapa Antariksa Gelap, Padahal Ada Matahari dan Bintang

mitos luar angkasa

Rifanfinancindo - Jika alam semesta penuh dengan bintang-bintang, termasuk Matahari, kenapa penampakannya hitam, tidak terang?

Kalau ruang angkasa terang, apakah lubang hitam akan terlihat? Atau, jika langit kita putih dan terang, apakah kita masih bisa melihat bintang?

Sebuah penjabaran ilmiah tentang semua pertanyaan ini dibahas dalam sebuah video berjudul 'What If the Universe Was White Instead of Black?'.

Baca Juga :
Seperti dikutip dari Insh.world, sebelum memulai pembahasan, perlu diketahui bahwa secara ilmiah, hitam bukanlah warna. Dalam definisi ilmiah, warna adalah spektrum tampak dari gelombang cahaya.

Objek berwarna hitam menyerap semua warna dari spektrum tersebut. Dengan kata lain, 'hitam' sebenarnya adalah sebuah ketiadaan warna. Sedangkan 'putih' merupakan pencampuran semua warna dan mengandung seluruh gelombang cahaya yang terlihat.

"Warna adalah cara pandang sensor persepsi kita terhadap dunia. Dan kaitannya dengan alam semesta, bisa dibilang tadinya berwarna putih," urai penjelasan dalam video tersebut.

Saat peristiwa ledakan Big Bang membentuk alam raya, tidak ada bintang-bintang untuk memancarkan cahaya. Jagat semesta pun tampak buram penuh dengan 'sup panas' proton, elektron, dan neutron.

Setelah 300 ribu tahun berlalu, ruang angkasa mulai mendingin dan partikel-partikel dari ledakan tadi mulai menyatu menjadi atom dan molekul.

Alam semesta berubah menjadi transparan. Meski demikian, bila kita bisa melihatnya, yang tampak hanya kegelapan. Hal ini dikarenakan sama sekali tidak ada sumber cahaya tercipta.

Masa ini disebut sebagai era kegelapan kosmik. Ketika bintang pertama mulai terbentuk akibat percampuran hidrogen dengan helium, era kegelapan kosmik pun berakhir. Rifanfinancindo.


Sumber : Detik

Sunday, May 17, 2020

Matahari Juga Ikut Lockdown, Bisa Berbahaya Bagi Bumi

foto terbaik gerhana matahari

Rifan Financindo - Tidak hanya Bumi, Matahari juga ikut memasuki periode lockdown. Tapi yang terjadi di sana tidak ada hubungannya dengan pandemi virus Corona.

Dikutip detikINET dari New York Post, Senin (18/5/2020) Matahari saat ini sedang berada di periode 'solar minimum' yang berarti aktivitas di permukaannya menurun secara signifikan.

Ilmuwan mengatakan kita akan memasuki periode 'resesi' sinar Matahari paling panjang yang pernah ada karena sunspot atau titik hitam di matahari telah menghilang dari pandangan.


Baca Juga :

"Solar Minimum sedang terjadi dan ini yang paling dalam," kata astronom Tony Phillips.

"Jumlah titik matahari mengindikasikan ini peristiwa paling dalam sejak satu abad terakhir. Medan magnet Matahari telah melemah, memungkinkan pancaran kosmik ekstra masuk ke tata surya," sambungnya.

Phillips menambahkan bertambahnya pancaran kosmik di tata surya bisa membahayakan astronot dan kehidupan di Bumi. Misalnya dengan mempengaruhi hubungan kimia-elektro di atmosfer atas Bumi dan memicu petir.

Ilmuwan NASA mengkhawatirkan peristiwa ini bisa menjadi pengulangan dari Dalton Minimum, yang terjadi antara 1790 dan 1830. Peristiwa tersebut berujung pada musim dingin yang brutal, gagal panen, kelaparan dan erupsi gunung berapi yang sangat kuat.

Temperatur bahkan menurun hingga 2 derajat Celsius selama 20 tahun, mengakibatkan gangguan pada produksi pangan dunia. Erupsi Gunung Tambora di Indonesia juga terjadi pada 10 April 1815, yang menewaskan 71 ribu orang.

Peristiwa tersebut juga berujung pada 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada 1816, di mana bulan Juli yang harusnya mengalami musim panas justru turun salju.

Sejauh ini di tahun 2020, Matahari telah 'kosong' tanpa titik matahari 76% di waktu tersebut. Angka ini sedikit menurun dibanding tahun lalu, di mana kekosongannya sebesar 77%. Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Thursday, May 14, 2020

Planet Tiga Kali Ukuran Jupiter Ditemukan!

Kepler-88 d has a mass three-times that of our solar systems Jupiter.

PT Rifan Financindo - Penemuan sebuah exoplanet berukuran tiga kali dari ukuran Planet Jupiter cukup menggegerkan. Sejumlah astronom yang dipimpin The University of Hawaii Institute for Astronomy (UH IfA) adalah yang menemukannya setelah mempelajari data enam tahun lamanya.

Panggil dia dengan sebutan 'Kepler-88 d'. Ukurannya luar biasa besar mengingat ukuran Jupiter sendiri 300 kali lebih besar dari Bumi, widih!

Data dikumpulkan di WM Keck Observatory yang berlokasi di Maunakea, Hawaii. Para astronom menggunakan teleskop Keck I 10 meter yang dilengkapi dengan instrumen High-Resolution Echelle Spectrometer (HIRES). Penamaan Kepler-88 sendiri telah dilakukan secara alfabet sesuai dengan urutan penemuan mereka seperti Kepler-88 c dan Kepler-88 d.

Baca Juga :
Exoplanet besar Kepler-88 d terletak lebih dari 1.250 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun cahaya digunakan untuk mengukur jarak di ruang angkasa. Satu tahun cahaya sama dengan sekitar 6 triliun mil.

Sementara Kepler 88-b lebih kecil dari Neptunus, Kepler 88-c memiliki ukuran yang sebanding dengan Jupiter. 'Kepler 88-b' dan 'Kepler 88-c' mengorbit bintang dalam masing-masing 11 dan 22 hari, demikian dikutip dari Financial Express.

Penemuan Kepler 88-d diharapkan bisa meningkatkan pemahaman astronom tentang sistem bintang. Planet yang berukuran besar biasanya cenderung mempengaruhi tata surya masing-masing. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Astronom Temukan Bumi Super yang Sangat Langka

exoplanet
Rifanfinancindo - Di tengah galaksi Bima Sakti, astronom menemukan planet dengan fitur yang mirip seperti Bumi. Astronom di University of Canterbury, Selandia Baru mengatakan planet alien ini merupakan Bumi super yang sangat langka.

"Planet baru ini hanya segelintir dari planet extra-solar yang telah terdeteksi dengan ukuran dan orbit yang mirip seperti Bumi," kata University of Canterbury dalam keterangannya, dikutip detikINET dari Cnet, Rabu (13/5/2020).

Planet extra-solar merupakan istilah lain untuk exoplanet atau planet yang berada di luar tata surya. Exoplanet yang baru ditemukan ini memiliki 617 hari dalam setahun dan mengorbit bintang yang lebih kecil dari Matahari.

Baca Juga :
Lokasinya berada di dekat pusat galaksi Bumi Sakti. Sebagai perbandingan, Bumi berjarak sekitar 25.000 tahun cahaya dari pusat galaksi Bima Sakti.

Dalam studi yang diterbitkan di The Astronomical Journal ini, astronom mendeskripsikan temuannya sebagai 'satu di antara sejuta'. Hal ini dikarenakan teknik gravitational microlensing yang digunakan untuk menemukan planet tersebut termasuk sangat rumit.

Gravitational microlensing mengandalkan fakta bahwa objek luar angka bermassa besar membelokkan ruang di sekitarnya. Ketika sebuah teleskop, objek besar dan target berada dalam satu baris, objek tersebut membelokkan cahaya yang dipancarkan target dan memperbesarnya.

Ini merupakan sesuatu yang sangat tidak biasa karena menurut University of Canterbury hanya ada satu dari satu juta bintang yang mengalami hal seperti ini.

"Gravitasi gabungan dari planet dan bintangnya menyebabkan cahaya dari latar belakang yang lebih jauh jadi diperbesar dengan cara yang khusus. Kami menggunakan teleskop yang tersebar di seluruh dunia untuk mengukur efek pembengkokan cahaya," kata astronom University of Canterbury Antonio Herrera Martin.

Untuk menemukan planet ini, astronom menggabungkan observasi microlensing yang dikumpulkan dua fasilitas yaitu Optical Gravitational Lensing Experiment yang ada di Polandia, dan Korea Microlensing Telescope Network yang terdiri dari tiga instrumen di Chile, Afrika Selatan dan Australia.

Dengan istilah 'Bumi super' wajar jika banyak yang mengira planet ini akan mirip dengan Bumi. Tapi tidak ada jaminan bahwa planet di kategori ini memiliki kemiripan dengan planet kita.

NASA mendeskripsikan Bumi super sebagai planet dengan massa 10 kali lebih besar daripada Bumi, tapi dengan komposisi yang beragam mulai dari planet air, es hingga gas. Rifanfinancindo.

Sumber : Detik

Wednesday, May 13, 2020

Air di Mars Terlalu Dingin untuk Dukung Kehidupan

Planet Mars
Rifan Financindo - Ilmuwan cukup yakin bahwa Mars saat ini tidak memiliki tanda-tanda kehidupan. Tapi jika di Mars memang ada kehidupan, ilmuwan memperkirakan hal ini bisa ditemukan di genangan air asin yang ada di permukaan Mars.

Dikutip detikINET dari The Independent, Rabu (13/5/2020) genangan air asin ini mungkin banyak ditemukan di Mars. Permukaan Mars diketahui memiliki jenis garam kalsium perklorat yang bisa 'deliquesce' atau berubah menjadi cairan dengan menyerap kelembaban di udara.

Kondisi Mars yang dingin dan kering membuat air di permukaannya langsung membeku atau menguap. Tapi jika air memiliki kandungan garam, akan memiliki temperatur membeku yang lebih rendah dan bisa menguap lebih lambat dibanding air biasa.

Baca Juga :

Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy membuat model atmosfer Mars untuk memahami bagaimana genangan air asin bisa terbentuk dari garam tersebut dan apa bisa mendukung kehidupan.

Model yang dikembangkan ilmuwan menunjukkan 40% permukaan Mars bisa menampung genangan air asin. Keberadaannya memang belum terbukti, tapi ini menunjukkan air asin merupakan sesuatu yang lebih umum daripada yang diyakini sebelumnya.

Sayangnya, air asin tersebut harus bertahan di suhu yang sangat dingin yaitu -45 derajat Celcius agar tetap bisa mempertahankan bentuknya. Karena suhu yang terlalu dingin, air asin di Mars diragukan bisa mendukung adanya kehidupan.

Selain itu air asin di permukaan Planet Merah hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat yaitu hingga enam jam. Air asin ini juga hanya bisa muncul dua minggu dalam setahun di Mars.

"Bahkan kehidupan ekstrem di Bumi ada batasnya, dan kami menemukan pembentukan air asin dari beberapa garam bisa berujung pada air di lebih dari 40% permukaan Mars, tapi hanya musiman, selama 2% dari satu tahun di Mars," kata pemimpin studi dan Senior Research Scientist Southwest Research Institute Alejandro Soto.

Di sisi lain, temuan ini merupakan berita bagus untuk ilmuwan yang ingin menjelajahi permukaan Mars lebih jauh. Temuan ini mengindikasikan bahwa akan sulit bagi kehidupan di Bumi yang mengikuti misi ke Mars untuk bisa bertahan dan mengganggu ekosistem alami di sana.

Temuan ini juga berarti kawasan tersebut tidak digolongkan sebagai 'Kawasan Khusus'. Kawasan khusus ini ditetapkan oleh Committee on Space Research (Cospar) yang kemungkinan memiliki kemampuan untuk menampung kehidupan di Mars.

"Hasil baru ini mengurangi beberapa risiko menjelajahi Planet Merah sekaligus berkontribusi untuk misi masa depan tentang potensi kondisi yang bisa dihuni di Mars," pungkas Soto. Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Tuesday, May 12, 2020

Ini Bukti Mars Bukan Planet 'Mati'

Planet Mars

PT Rifan Financindo - Jika bicara soal Planet Mars, yang dipikirkan kebanyakan orang adalah planet tandus dan 'mati'. Ternyata, temuan terbaru menjadi bukti bahwa Mars masih aktif secara vulkanik dan geologis.

Ialah meteorit yang terbentuk jauh di dalam perut Mars baru saja memberikan bukti kimiawi yang kuat tentang konveksi magma di dalam mantel Mars, demikian dilansir dari Science Alert.

Kristal Olivin dalam meteorit Tissint yang jatuh ke bumi pada tahun 2011 hanya bisa terbentuk dalam perubahan suhu dalam arus konveksi magma. Itu menunjukkan Planet Merah ini aktif secara vulkanik ketika kristal terbentuk sekitar 574 hingga 582 juta tahun yang lalu dan masih jadi untuk saat ini.


Baca Juga :

"Tidak ada bukti konveksi sebelumnya di Mars... Ini adalah studi pertama yang membuktikan aktivitas di interior Mars dari sudut pandang kimia murni, pada sampel Mars nyata," jelas ahli geologi planet Nicola Mari dari University of Glasgow.

Olivin, silikat besi magnesium, tidaklah langka. Itu adalah bentuk kristal dari magma yang mendingin dan itu sangat umum di mantel bumi, bahkan kelompok olivin mendominasi mantel Bumi. Di permukaan Bumi, Olivin ditemukan di batuan beku.

Olivin juga cukup umum di Mars. Ketika Mari dan timnya mulai mempelajari kristal olivin dalam meteorit Tissint untuk mencoba memahami ruang magma tempat terbentuknya, mereka melihat sesuatu yang aneh. Kristal-kristal itu memiliki jejak kaya fosfor yang tidak beraturan. Peristiwa ini juga terjadi di Bumi dan kita kenal dengan sebutan solute trapping.

"Saya benar-benar berpikir bahwa Mars bisa menjadi dunia yang masih aktif secara vulkanik hingga saat ini, dan hasil baru ini mengarah pada hal ini. Kita mungkin tidak melihat letusan gunung berapi di Mars selama 5 juta tahun ke depan, tetapi tidak berarti planet ini tidak aktif. Itu bisa berarti bahwa waktu antara letusan antara Mars dan Bumi berbeda," masih kata Mari.

Penelitian yang telah dipublikasikan di Meteoritics & Planetary Science ini membutuhkan penilaian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesisnya. Akan tetapi, bukti baru yang dibawa layak untuk dipertimbangkan.

Sementara itu, misi NASA InSight yang sedang berlangsung yang baru-baru ini menemukan bukti Marsquakes atau gempa di Mars. Ini menambah kemungkinan bahwa hipotesis yang disebutkan di atas kemungkinan adalah benar adanya. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Sunday, May 10, 2020

Peneliti Temukan Virus Corona dalam Sampel Air Mani Pasien, Apa Artinya?

Mengatasi Spermatorrrhea (Air Mani Keluar Terus-Menerus)

Rifanfinancindo - Selalu ada temuan-temuan terbaru terkait virus Corona. Kepingan puzzle terbaru berasal dari sebuah penelitian kecil yang dilakukan di China, yang menemukan RNA (kode genetik virus) Corona Covid-19 dalam air mani pasien muda yang terinfeksi virus tersebut.

Melansir dari Sciencealert, penelitian yang dipublikasikan di JAMA Network Open itu melibatkan 38 pasien yang menjalani perawatan untuk virus Corona dengan kondisi parah di Rumah Sakit Kota Shangqiu di provinsi Henan. Sebanyak 15 belas pasien memberrikan sampel semen selama fase akut penyakit mereka dan 23 orang lagi memberikannya setelah mereka pulih.

Pada empat dari 15 pasien dengan penyakit akut dan pada dua dari 23 pasien yang sembuh, ditemukan RNA virus Corona dalam sampel semen mereka. Temuan baru ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang melibatkan 12 pasien Corona.

Baca Juga :

Selanjutnya
Namun, penyelidikan sebelumnya lebih berfokus pada pasien dengan penyakit ringan setelah mereka pulih. Sedangkan penelitian ini berfokus pada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit parah dan semua sampel dalam penelitian terbaru ini diambil selama terinfeksi atau segera setelah pemulihan.

Faktanya, semua sampel air mani yang ditemukan memiliki viral load pada pasien yang pulih diambil pada hari kedua dan hari ketiga setelah pemulihan. Jadi perbedaan antara penelitian sebelumnya dan yang sekarang mungkin merupakan hasil dari perbedaan keparahan penyakit dan waktu pengambilan sampel.

Imunoprivileged
Testis, bersama dengan mata, plasenta, janin, dan sistem saraf pusat, dianggap sebagai "situs immunoprivileged" yang berarti mereka dilindungi dari peradangan parah yang terkait dengan respons imun. Ini mungkin adaptasi evolusioner yang melindungi struktur vital. Jadi ini adalah celah di mana virus dapat terlindungi dari respons imun inang.

Situs imunoprivileg mendapat perhatian sebagai tempat di mana virus dapat bertahan setelah pemulihan penyakit sealam wabah virus Ebola Afrika Barat 2013-16. Virus Ebola tetap dapat dideteksi dalam air mani beberapa orang yang selamat dari penyakit tersebut selama lebih dari 3 tahun dan penularan virus Ebola melalui hubungan seksual dapat terjadi beberapa bulan setelah pasien pulih.

Selanjutnya
Belum jelas apa implikasi dari temuan terbaru tersebut. Kehadiran RNA virus dalam semen pasien tak selalu menunjukkan adanya virus menular. Jadi, penting untuk menunjukkan apakah virus infeksi juga dapat diisolasi dari air mani pasien dan penyintas virus Corona. Rifanfinancindo.

Sumber : Liputan 6