Tuesday, June 30, 2020

Musim Dingin Abadi Pernah Landa Bumi

Potret Musim Dingin di Kanada, Penuh Salju Menawan

Rifanfinancindo - Musim dingin skala global yang seolah tak berkesudahan pernah melanda Bumi. Itulah salah satu kesimpulan dalam penelitian akademisi Imperial College London tentang kepunahan dinosaurus.

Asteroid besar yang menghantam Bumi pada 66 juta tahun silam merupakan pemicu punahnya binatang raksasa itu. Teori lain mengatakan erupsi vulkanis di India pada saat yang sama ikut berdampak pada lenyapnya mereka.

Namun seperti dikutip detikINET dari Mirror, riset ini berpendapat sebaliknya, bahwa justru muntahan lava dalam waktu yang lama membantu kehidupan kembali pulih.

Baca Juga :


"Kami menunjukkan bahwa asteroid menyebabkan musim dingin selama beberapa dekade dan efek semacam itu menghilangkan lingkungan yang cocok untuk dinosaurus," kata Dr Alessandro Chiarenza, salah satu peneliti.

"Secara kontras, pengaruh erupsi vulkanik yang intens tidak cukup kuat untuk secara substansial mengganggu ekosistem global," tambahnya.

"Studi kami mengkonfirmasi, untuk pertama kali secara kuantitatif, satu-satunya penjelasan untuk kepunahan dinosaurus adalah musim dingin yang menghancurkan habitat dinosaurus di seluruh dunia," papar Dr Chiarenza.

Asteroid meninggalkan jejak kawah selebar 193 kilometer di Semenanjung Yucatan di Meksiko. Hanya beberapa menit sesudah jatuhnya batu antariksa itu, semua benda dalam jarak ratusan kilometer terbakar.

Setelah kejadian itu, temperatur di Bumi kemudian anjlok akibat hujan asam turun dan Matahari terhalang sinarnya berbulan-bulan. Setelah itu, terjadilah musim dingin abadi. Diperkirakan 90% tumbuhan dan 70% hewan punah karena kondisi tersebut.

Periset memadukan ilmu geologi dan model matematika untuk menggambarkan kondisi lingkungan agar dinosaurus tetap dapat hidup. Disimpulkan bahwa hanya hujaman asteroid yang bisa merusak seluruh habitat, sementara aktivitas vulkanis masih menyisakan kemungkinan habitat.

Setelah hawa dingin jangka panjang akibat terjangan asteroid, panas dari gunung berapi justru memulihkan banyak habitat dan akhirnya membantu kehidupan baru berkembang setelah bencana dahsyat itu.

"Kami punya bukti baru yang mengindikasikan letusan gunung berapi yang terjadi di kisaran waktu yang sama mungkin menurunkan dampak lingkungan yang disebabkan tabrakan asteroid itu, terutama dalam menaikkan temperatur setelah musim dingin," papar Dr Chiarenza.

"Panas vulkanik ini membantu survival dan pemulihan binatang dan tumbuhan yang berhasil lolos dari kepunahan, termasuk burung dan mamalia," imbuh dia. Rifanfinancindo.


Sumber : Detik

Serbuan Ikan Vampir di Amerika!

Ikan Vampir Sea Lamprey penghisap darah ikan lain

Rifan Financindo - Hewan penghisap darah bukan cuma kelelawar vampir. Ada lagi ikan vampir yang muncul di Amerika.

Serbuan ikan vampir ini muncul di Danau Champlain, Vermont, Amerika Serikat, dekat dengan perbatasan Kanada. Badan perikanan setempat, Vermont Fish and Wildlife mengatakan ini adalah spesies yang mengganggu karena menghisap darah ikan lain.

Dilansir dari Daily Mail, Selasa (30/6/2020) nama lain ikan vampir adalah sea lamprey (Petromyzon marinus). Dari namanya, memang habitat aslinya di Samudera Atlantik, ratusan kilometer jauhnya dari Danau Champlain.

Baca Juga :

Spesies lain dari sea lamprey ditemukan juga di Sungai Connecticut dan anak sungainya. Namun sea lamprey yang ada di sungai ini dianggap tidak berbahaya, seperti diberitakan Miami Herald.

Dinas terkait pun sudah mengamankan serbuan ikan vampir yang ada di Danau Champlain. Sedangkan, ikan vampir di Sungai Connecticut dibiarkan saja, karena membawa manfaat biologis dengan menjadi sumber makanan untuk predator lain.

"Sea lamprey ini hewan lokal di Sungai Connecticut dan punya peran penting dalam ekosistem. Jangan takut kalau lihat sea lamprey atau bangkainya," kata Lael Will dari Vermont Fish and Wildlife.

Yang perlu dikhawatirkan adalah serbuan ikan vampir ini di Danau Champlain, karena memang bukan habitat aslinya dan sifatnya yang invasif. Dikhawatirkan sea lamprey malah mengganggu ekosistem di Danau Champlain seperti pernah terjadi di Great Lakes.

Ikan vampir ini saat dewasa tinggal di Samudera Atlantik, namun mereka bertelur di sungai air tawar. Bayi ikan vampir ini tinggal di sungai, saat dewasa mereka berenang kembali ke lautan.

Ikan vampir ini punya tubuh seperti belut. Satu ekor ikan vampir ini mampu membunuh 18 kg ikan per tahun. Mereka menempel pada tubuh ikan lain dengan mulut bulat seperti penghisap dan gigi yang sangat tajam. Mereka menghisap darah dan cairan tubuh ikan lain yang ditempelinya.

Dianggap Hama
Ikan vampir ini pernah menyerbu dan menghancurkan industri perikanan trout di Great Lakes, Amerika tahun 1940-an. Produksi 6,8 ton jadi tinggal 136 kg saja di tahun 1960-an.

Sejak saat itu dilakukan upaya pengendalian populasi ikan vampir dan berhasil. Caranya dengan memasang penghalang di sungai dan obat lamprisida yang membunuh larva ikan vampir ini, tanpa membahayakan spesies lain.

Burung pemakan ikan dan bebek adalah predator ikan vampir ini. Selain itu, ikan vampir ini dikonsumsi juga di Amerika dan Eropa. Bisa dibakar langsung, atau dimasak menjadi makanan lezat.

Keberadaan ikan vampir ini menambah panjang daftar hewan penghisap darah di dunia. Sebelumnya, ilmuwan juga mengenal adanya kelelawar hampir penghisap darah yang hidup di Amerika Tengah dan Amerika Latin. Rifan Financindo.


Sumber : Detik

Sunday, June 28, 2020

Untuk Pertama Kalinya, Terdeteksi Cahaya dari Tabrakan Lubang Hitam

lubang hitam

PT Rifan Financindo - Para astronom menduga, mereka mendeteksi kilatan cahaya dari lubang hitam untuk pertama kalinya. Cahaya ini muncul dari peristiwa bergabungnya dua lubang hitam menjadi satu.

Peristiwa ini terdeteksi pada 21 Mei 2019, ketika para astronom menggunakan interferometer Virgo dan Laser Interferometer Gravatorational-wave Observatory (LIGO) milik National Science Foundation.

Saat itu, mereka mendeteksi tanda tangan gelombang gravitasi yang konsisten dengan saat bergabungnya dua lubang hitam. Peristiwa yang disebut sebagai S190521g, pada awalnya terlihat tidak menghasilkan cahaya tampak.

Baca Juga :

Dan seperti dikutip dari Gizmodo, para ahli fisika selama ini berpikir bahwa lubang hitam tidak mungkin mengeluarkan cahaya ketika mereka saling bertabrakan.

Tinjauan selanjutnya terhadap data yang dikumpulkan di observatorium berbeda, Zwicky Transient Facility (ZTF) di Caltech University, menghasilkan bukti adanya cahaya yang berasal dari peristiwa yang sama.

Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi temuan pertama di dunia astronomi karena sifat lubang hitam yang diketahui selama ini menyerap cahaya.

Penelitian yang dipimpin oleh astronom Matthew Graham dari Caltech University ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Physical Review Letters.

Bintang-bintang neutron yang bertabrakan dan sisa bintang yang meledak, menghasilkan semua jenis spektrum emisi termasuk inframerah, ultraviolet, cahaya tampak, sinar-x, sinar gamma dan gelombang radio.

Di sisi lain, bergabungnya lubang hitam akan memancarkan radiasi yang dapat dideteksi dalam bentuk gelombang gravitasi yang merupakan gerak dalam ruang waktu itu sendiri.

Bergabungnya lubang hitam hingga menghasilkan cahaya menandakan ada sesuatu luar biasa telah terjadi.

Peristiwa S190521g terjadi di dekat lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita. Lubang hitam ini dikelilingi piringan raksasa yang penuh oleh gas, debu dan bermacam objek lain mulai dari asteroid, bintang, hingga lubang hitam yang lebih kecil.

"Benda-benda ini berkerumun seperti lebah marah di sekitar lebah ratu. Mereka secara singkat dapat menemukan pasangan gravitasinya tetapi biasanya kehilangan pasangan mereka dengan cepat juga karena tarikan gravitasi," kata K. E. Saavik Ford, astronom dari City University of New York (CUNY) yang menjadi co-author penelitian ini.

Dalam kasus S190521g, lubang hitam yang baru bergabung kemudian meluncur dalam peristiwa astrofisika yang dikenal sebagai 'kick'. Peristiwa ini menyebabkan lubang hitam meluncur dengan kecepatan tinggi hingga memicu reaksi dengan gas di sekitarnya yang menghasilkan cahaya api yang sangat terang dan berumur panjang.

"Lubang hitam supermasif ini berkobar selama bertahun-tahun sebelum suar cahaya baru muncul. Cahaya terjadi pada skala waktu dan di lokasi yang tepat, berbarengan dengan peristiwa gelombang-gravitasi," kata Graham.

"Dalam penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa suar tersebut kemungkinan merupakan hasil penyatuan lubang hitam, tetapi kami tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan lain," katanya.

Kemungkinan-kemungkinan lain dari kemunculan cahaya ini termasuk supernova atau gangguan pasang surut, di mana bintang menabrak lubang hitam. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Friday, June 26, 2020

Matahari Terbenam di Planet Lain, Seperti Apa Ya?

Keindahan alam Kota Sinabang, Pulau Simeulue, Aceh, di kala siang memang memesona. Namun, panorama alam wilayah itu di kala matahari terbenam juga memukau.

Rifanfinancindo - Pernah membayangkan bagaimana Matahari terbenam di planet lain. Di Uranus, warnanya akan memudar dari biru terang ke biru tua sedikit tosca menurut para ilmuwan NASA.

Gambaran ini didapatkan lewat simulasi Matahari terbenam di planet lain yang dilakukan NASA. yang telah mensimulasikan matahari terbenam di planet dan bulan lain selain di Bumi.

Geronimo Villanueva, ilmuwan ahli planet dari Goddard Space Flight Centre NASA, menciptakan animasi simulasi Matahari di Bumi, Venus, Mars, Uranus, dan Titan.

Baca Juga :
Simulasi ini diciptakannya ketika membuat model komputer untuk kemungkinan misi ke Uranus. Video simulasi Matahari di Uranus dan planet lain dirilis NASA pekan ini menggunakan warna-warna yang dikenal.

Seperti dikutip dari ABC, simulasi ini ditunjukkan dari perspektif seseorang di dunia ini saat Matahari terbenam. Menurut NASA, saat Matahari terbenam, foton tersebar ke berbagai arah saat Bumi berotasi menjauh dari cahaya Matahari sehingga menghasilkan perubahan warna langit.

"Ketika sinar Matahari yang terdiri dari semua warna pelangi mencapai atmosfer Uranus, hidrogen, helium, dan metana menyerap bagian merah dari panjang gelombang cahaya yang lebih panjang," kata NASA.

"Sedangkan bagian cahaya biru dan hijau dengan panjang gelombang yang lebih pendek, tersebar ketika foton memantulkan molekul gas dan partikel lain di atmosfer," sambungnya.

Dari proses ini, sebuah lingkaran cahaya dihasilkan pada simulasi Bumi dan Mars yang kabur karena cara cahaya tersebar oleh partikel seperti debu atau kabut yang melayang di awan.

Matahari terbenam Mars berubah dari warna kecoklatan ke biru karena partikel debu Mars menyebarkan warna biru lebih efektif. Simulasi ini diciptakan untuk memvalidasi keakuratan tool model komputer yang dibuat Dr Villanueva. Model komputer ini disebut NASA akan menjadi instrumen berharga untuk misi apapun ke Uranus.

"Suatu hari, sebuah penelitian bisa dilakukan melalui atmosfer Uranian dengan alat Villanueva yang membantu para ilmuwan menafsirkan pengukuran cahaya yang akan mengungkapkan susunan kimianya," kata NASA. Rifanfinancindo.

Sumber : Detik

Wednesday, June 24, 2020

Pluto Punya Sumber Air, Apa Bisa Dihuni Manusia?

Potret Pluto, Mantan Planet yang Kini Cuma Komet

Rifan Financindo - Pluto kemungkinan lebih bisa dihuni dari yang diperkirakan sebelumnya oleh para ilmuwan. Meski Pluto yang sekarang sangat dingin, sebuah studi terbaru menyebutkan Pluto punya sumber air.

Hasil penelitian ini menunjukkan, Pluto memiliki lautan di bawah tanah sejak awal kehidupannya. Temuan laut bawah tanah yang membeku ini meningkatkan peluang Pluto menjadi tempat yang bisa dihuni selain Bumi.

Para peneliti menduga, lautan ini berkembang lama setelah Pluto terbentuk, setelah es mencair karena panas dari unsur-unsur radioaktif dalam inti Pluto.

Baca Juga :

Dikutip dari Space.com, para ilmuwan pun berargumen bahwa selain memiliki inti dingin, Pluto juga punya inti awal yang bersifat panas.

Ini membuka cakrawala baru, karena pada berbagai penelitian sebelumnya, Pluto diasumsikan berasal dari batuan dingin dan es yang menggumpal bersama di Sabuk Kuiper yang jauh di luar orbit Neptunus.

"Ketika melihat Pluto hari ini, kita melihat sebuah dunia beku yang sangat dingin dengan suhu permukaannya minus 228 derajat Celcius," kata Carver Bierson, ilmuwan planet dari University of California yang memimpin penelitian ini.

"Luar biasa melihat geologi yang tercatat di permukaan Pluto. Kita dapat menyimpulkan bahwa Pluto memiliki formasi yang cepat dan keras yang menghangatkan bagian dalam sehingga membentuk samudera air di bawah permukaan," jelasnya.

Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis sesuatu yang disebut 'fitur ekstensional' di permukaan Pluto. Air akan mengembang saat membeku, sehingga ketika Pluto mendingin, permukaannya membentang dan menghasilkan struktur yang dapat dikenali.

Para ilmuwan membandingkan observasi geologi Pluto yang ditangkap pesawat ulang alik New Horizons NASA dengan berbagai model evolusi dan asal usul Pluto.

"Saya pikir implikasi yang paling menarik adalah bahwa lautan di bawah permukaan mungkin umum di antara objek di Sabuk Kuiper saat mereka terbentuk," kata Bierson.

Temuan ini menunjukkan bahwa Pluto dan planet kerdil lainnya di Sabuk Kuiper, seperti Eris, Makemake dan Haumea, mungkin memiliki lautan di bawah permukaan sejak terbentuk. Alhasil, ini akan mempengaruhi potensi layak huni dari dunia es yang jaraknya jauh ini.

"Pada titik ini, kita tidak tahu 'bahan-bahan atau resep' yang diperlukan untuk sebuah kehidupan di dunia mana pun. Namun kami pikir air atau cairan adalah unsur penting sebuah kehidupan. Dan penelitian ini menunjukkan Pluto sudah lama memilikinya," tutupnya. Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Tuesday, June 23, 2020

Eropa Berhasil Foto Matahari dari Jarak Terdekat

Matahari 
 
PT Rifan Financindo - Solar Orbiter, wahana pengorbit Matahari milik badan antariksa Eropa ESA berhasil memotret Matahari dari jarak yang diklaimnya terdekat, yakni 77 juta kilometer dari permukaannya atau setara setengah jarak antara Bumi dan Matahari.

"Sebelumnya tidak pernah kami mengambil foto Matahari dari jarak sedekat ini," kata ilmuwan Solar Orbiter Project ESA Daniel Müller, dikutip dari Futurism.

Meski kita bisa memperbesar citra Matahari menggunakan alat seperti Teleskop Matahari Daniel K. Inouye di Hawaii, wahana ruang angkasa ini bisa mendapatkan tampilan yang jauh lebih jelas dari luar angkasa, tanpa terhalang atmosfer Bumi.

Baca Juga :

"Untuk pertama kalinya, kita akan bisa mengumpulkan gambar-gambar dari semua teleskop dan kita dan melihat bagaimana masing-masing mengambil data pelengkap dari berbagai bagian Matahari termasuk permukaannya, atmosfer luar, atau bagian korona, dan heliosfer yang lebih luas di sekitarnya," kata "Müller.

Lewat foto ini, para ilmuwan nantinya akan bisa mengamati struktur dan komposisi angin matahari yang belum pernah ada sebelumnya. Ke depannya, wahana pengorbit Matahari akan semakin mendekati bintang raksasa tersebut.

Rekor terdekat memang masih milik Parker Solar Probe milik NASA. Pada November 2018, wahana tersebut menjadi objek buatan manusia paling dekat dengan Matahari yang pernah dikirim ke luar angkasa. Jaraknya hanya 24 juta kilometer dari permukaan Matahari.

Namun foto Matahari dari jarak dekat itu belum bisa dilihat sekarang. Gambar yang diambil Solar Orbiter akan memakan waktu kurang lebih sepekan untuk menempuh jarak kembali ke Bumi. Gambar-gambar tersebut kemudian akan diproses dan dirilis ESA ke publik pada pertengahan Juli. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Monday, June 22, 2020

Ini Dia Mahluk Penghisap Darah Ternak

Desmodus rotundus in a limestone cave. Kelawar penghisap darah hewan ternak di Amerika Tengah

Rifanfinancindo - Puluhan ternak mati misterius di Tapanuli Utara, diduga ada makhluk penghisap darah. Entah itu benar atau tidak, tapi kalau hewan penghisap darah ternak memang sungguhan ada.

Pelaku di balik kematian ternak di Tapanuli Utara memang tidak jelas. Warga percaya legenda lokal yaitu makhluk gaib bernama Homang. Sedangkan Bupati Taput Nikson Nababan menduga binatang buas adalah pelakunya, karena ada jejak kaki.

Pertanyaannya, apakah di dunia ini ada mahluk penghisap darah ternak. Kalau yang dicari adalah makhluk binatang, maka jawabannya: ada. Para ahli biologi sudah lama mengakuinya.

Baca Juga :

Selamat berkenalan dengan kelelawar vampir. Nama ilmiahnya adalah Desmondus rotundus.

Desmodus rotundus in a limestone cave. Kelawar penghisap darah hewan ternak di Amerika TengahDesmodus rotundus, kelelawar penghisap darah hewan ternak (Getty Images/iStockphoto/Gabriel Mendes)

Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, ia adalah mamalia terbang dan bersifat karnivora. Hewan ini sungguhan menghisap darah.

Data dari National Geographic, ukuran kelelawar vampir adalah kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 9 cm, lebar sayapnya 18 cm, beratnya 60 gram. Alias sekepalan tangan.

Kelelawar vampir bisa hidup selama 9 tahun. Data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) status hewan ini adalah Least Concern atau aman dan tidak terancam kelestariannya.

Mangsanya adalah hewan ternak seperti sapi atau kuda. Mereka hidup dalam koloni 100-1.000 ekor dan berburu darah saat malam hari.

Caranya bukan terbang dan langsung hinggap. Tapi, kelelawar vampir akan hinggap di tanah di dekat korban. Mereka punya sensor panas untuk mendeteksi dimana darah mengalir di bawah kulit korban.

Lalu, hap! Mereka menggigit korban. Kelelawar vampir punya gigi tajam, liurnya mencegah pembekuan darah sehingga darah korban mengalir terus. Satu kelelawar bisa menghisap darah hewan ternak selama 30 menit.

Para ahli biologi menegaskan kelelawar vampir tidak menghisap habis darah korbannya. Bahkan jumlah darah yang dihisap tidak sampai membahayakan korbannya. Namun luka gigitannya bisa menimbulkan infeksi pada korban.

Desmodus rotundus in a limestone cave. Kelawar penghisap darah hewan ternak di Amerika TengahKoloni kelelawar penghisap darah (Getty Images/iStockphoto/Gabriel Mendes)

Data ilmuwan menghitung jumlah konsumsi darah pada satu koloni dengan 100 kelelawar vampir. Jumlahnya setara dengan darah pada 25 ekor sapi per tahun.

Apakah kelelawar vampir adalah makhluk misterius di Tapanuli Utara? Sepertinya bukan, kelelawar vampir tinggal di gua-gua kapur dengan iklim tropis di Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Habitatnya sangat jauh dari Indonesia. Namun, mereka adalah bukti nyata kalau hewan penghisap darah ternak sungguhan ada. Rifanfinancindo.

Sumber : Detik

Sunday, June 21, 2020

Mengenal Kalender Suku Maya yang Sering Dikaitkan Ramalan Kiamat

Ilustrasi fokus (bukan buat insert) Warga Terdoktrin Kiamat (Andhika Akbaryansyah/detikcom)

Rifan Financindo - Suku Maya memiliki kemampuan astronomi yang hebat pada eranya dan kerap dikaitkan dengan kiamat. Sebenarnya seperti apa sih perhitungannya? Dan mengapa sering dikaitkan dengan hari kiamat?

Mengutip Live Science, harus dipahami bahwa Maya menggunakan tiga kalender berbeda. Yang pertama adalah kalender suci, atau Tzolk'in, berlangsung selama 260 hari dan kemudian dimulai lagi, sama seperti kalender 365 hari kita yang diperbaharui setelah 31 Desember. Kalender ini penting untuk menjadwalkan upacara keagamaan.

Kalender kedua adalah Haab ', atau kalender sekuler, yang berlangsung selama 365 hari tetapi tidak memperhitungkan seperempat hari tambahan yang dibutuhkan Bumi untuk berputar mengelilingi Matahari. Diketahui, kalender modern menyumbang ini dengan menambahkan satu hari menjadi 29 Februari setiap empat tahun.


Baca Juga :
Kalender terakhir adalah Long Count Calendar yang dijadikan patokan orang-orang yang salah kaprah untuk ramalan kiamat tahun 2012. Pada 21 Desember (sekitar), kalender tersebut menyelesaikan siklus utama, yang telah memicu ketakutan kiamat dan desas-desus mistis tentang akhir zaman.

Nah, tanggalnya ditulis sebagai lima angka yang dipisahkan oleh empat periode, seperti 13.0.0.0.0.

Posisi paling kanan disebut k'in, yang dihitung satu hari, contoh 13.0.0.0.1. K'in menghitung hingga 19 dan kemudian membalik kembali ke nol, dengan penghitungan diambil kembali oleh posisi berikutnya, yaitu uinal. Jadi 13.0.0.0.19 akan menjadi 13.0.0.1.0. Sehari setelah 13.0.0.1.0 akan menjadi 13.0.0.1.1 dan kemudian 13.0.0.1.2, terus berjalan hingga 13.0.0.1.19 dan akhirnya menjadi 13.0.0.2.0.

Singkatnya, angka paling depan adalah b'ak'tun yang panjangnya 144.000 hari, atau sedikit kurang dari 400 tahun. Bagi Maya kuno, 13 b'ak'tun mewakili siklus penuh penciptaan. Nah 'kiamat' yang digembor-gemborkan pada 21 Desember 2012, di kalender akan terbaca 13.0.0.0.1.

Tetapi sebagai catatan, Maya memiliki beberapa unit yang jarang digunakan yang bahkan lebih besar daripada b'ak'tun dan memberi mereka kemampuan untuk menghitung jutaan tahun ke depan. Jadi, sebenarnya tidak pernah ada ramalan mengenai Hari Akhir.

"Itu, sebenarnya, adalah salah satu dari bukti bahwa mereka tidak berpikir dunia mereka berakhir pada 13.0.0.0.0," kata Walter Witschey, arkeolog dan pakar Maya di Longwood University, Virginia. Rifan Financindo.


Sumber : Detik

Thursday, June 18, 2020

Bukan Gerhana Matahari Cincin, Indonesia Kebagian Gerhana Matahari Sebagian

Foto kombo fenomena gerhana matahari cicin yang terlihat di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/12/2019). ANTARA FOTO/Yusran Uccang/foc.

PT Rifan Financindo - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan bahwa pada 21 Juni nanti, Indonesia tidak kebagian fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC), melainkan gerhana matahari sebagian.

"GMC 21 Juni 2020 tidak akan teramati di wilayah Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia (bagian utara), gerhana matahari sebagian dapat teramati," ujar Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto dalam pesan singkatnya kepada detikINET, Kamis (18/6/2020).

Hal itu dikarenakan lintasan GMC itu tidak sepenuhnya melewati wilayah Indonesia. Adapun negara-negara yang kebagian fenomena alam ini, seperti Taiwan, China, India, hingga Kongo.

Baca Juga :
"Kenampakan cincin tidak bisa diamati di wilayah Indonesia. Kita hanya bisa lihat gerhana matahari sebagian," ungkap Rhorom.

Seperti diketahui, terjadinya GMC ini berlangsung ketika Matahari, Bulan dan Bumi berada tepat segaris dan piringan Bulan yang diamati dari Bumi terlihat lebih kecil daripada piringan Matahari.

Karena konfigurasi tersebut, saat puncak gerhana Matahari akan terlihat seperti cincin, terang di bagian pinggirannya dan gelap di bagian tengahnya.

Menurut informasi yang dibagikan oleh BMKG, peristiwa alam ini akan pertama kali menyambangi wilayah Sabang pada pukul 13.16 WIB dan kota yang memulai gerhana paling akhir adalah Kepanjen, Jawa Timur pada pukul 15.19 WIB.

Puncak gerhana paling awal akan terjadi di Sabang, Aceh pada pukul 14.34 WIB, dan kota yang mengalami waktu puncak paling akhir adalah Agats, Papua pada pukul 17.37 WIT.

Sedangkan kontak akhir paling awal akan terjadi di Tais, Bengkulu pada pukul 15.06 WIB, dan kontak akhir paling akhir akan terjadi di Melonguane, Sulawesi Utara pada pukul 17.31 WITA. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Wednesday, June 17, 2020

Ada Gerhana Matahari Cincin 21 Juni, Ini Wilayah yang Bisa Amati

People look up at the sun with protective glasses to watch a solar eclipse from Jakarta, Indonesia, Thursday, Dec. 26, 2019. (AP Photo/Tatan Syuflana) 

Rifanfinancindo - Pada 21 Juni 2020, dunia akan mengalami fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC). Fenomena ini terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi berada tepat segaris dan piringan Bulan yang diamati dari Bumi terlihat lebih kecil daripada piringan Matahari.

Karena konfigurasi tersebut, saat puncak gerhana Matahari akan terlihat seperti cincin, terang di bagian pinggirannya dan gelap di bagian tengahnya.

Dikutip detikINET dari keterangan resmi BMKG, Kamis (18/6/2020) Gerhana Matahari Cincin ini akan melintasi beberapa wilayah dunia seperti Afrika Barat, Timur Tengah, Asia Selatan dan Samudera Pasifik.


Baca Juga :
Selain itu wilayah seperti sedikit bagian Afrika Utara dan Timur, Asia, Samudera India, sebagian negara Eropa, Australia Utara dan Samudera Pasifik bisa mengamati Gerhana Matahari Sebagian.

Beberapa wilayah di Indonesia juga bisa menikmati Gerhana Matahari Cincin pada 21 Juni esok. 432 kota dan kabupaten di 31 provinsi akan bisa mengamati GMC dalam bentuk Gerhana Matahari Sebagian.

Tapi ada 83 pusat kota yang tidak akan dilalui GMC karena magnitudo gerhananya kurang dari nol. Wilayah-wilayah tersebut antara lain dua kota di Bengkulu, tujuh kota di Lampung, 10 kota di Jawa Tengah, tujuh kota di Jawa Timur, seluruh kota di Jawa Barat (kecuali Indramayu), Banten, DKI Jakarta dan Yogyakarta.

Sementara itu, tujuh kota di Papua juga tidak bisa mengamati puncak gerhana dan kontak akhir mengingat saat kedua fase ini terjadi Matahari sudah terbenam.

Berikut peta waktu kontak awal, puncak dan kontak akhir Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020 di Indonesia dari BMKG:

gerhana matahari cincin
Peta waktu kontak awal Gerhana Matahari Cincin 21 Juni Foto: Screenshot BMKG

Sebagaimana dilihat dari peta di atas, jadwal kontak awal, puncak dan kontak akhir Gerhana Matahari Cincin di tiap wilayah akan berbeda-beda. Data BMKG menyebutkan daerah yang akan memulai gerhana paling awal adalah Sabang, Aceh pada pukul 13.16 WIB, dan kota yang memulai gerhana paling akhir adalah Kepanjen, Jawa Timur pada pukul 15.19 WIB.
gerhana matahari cincinPeta waktu puncak Gerhana Matahari Cincin 21 Juni Foto: Screenshot BMKG

Puncak gerhana paling awal akan terjadi di Sabang, Aceh pada pukul 14.34 WIB, dan kota yang mengalami waktu puncak paling akhir adalah Agats, Papua pada pukul 17.37 WIT.

gerhana matahari cincin
Peta waktu kontak akhir Gerhana Matahari Cincin 21 Juni Foto: Screenshot BMKG

Sedangkan kontak akhir paling awal akan terjadi di Tais, Bengkulu pada pukul 15.06 WIB, dan kontak akhir paling akhir akan terjadi di Melonguane, Sulawesi Utara pada pukul 17.31 WITA.

Dengan membandingkan selisih antara waktu kontak akhir dan kontak awal di tiap kota, BMKG menyimpulkan kota yang akan mengalami durasi gerhana paling singkat adalah Kepanjen, Jawa Timur selama 3 menit 17,1 detik. Sedangkan durasi paling lama terjadi di Sabang, Aceh yaitu 2 jam 27 menit 11,1 detik.

Bagaimana detikers, apakah kota tempat tinggal kalian akan dilewati Gerhana Matahari Cincin pada akhir pekan? Rifanfinancindo.

Sumber : Detik

Tuesday, June 16, 2020

Objek Misterius Berwarna Hijau Melintas di Langit Australia

Objek misterius berwarna kehijauan di langit Australia

Rifan Financindo - Bola api berwarna kehijauan melintasi langit Australia pada Senin (15/6) tengah malam. Saksi mata yang melihat pun terpukau dengan pemandangan langka ini dan mengabadikannya dalam video.

Dikutip detikINET dari Gizmodo, Selasa (16/6/2020) fenomena ini terjadi pada pukul 01.00 waktu setempat dengan saksi mata melaporkan dari Australia Barat, Teritorial Utara dan Australia Selatan.

Hingga saat ini masih belum diketahui apa objek yang menyebabkan fenomena bola api tersebut. Tapi ahli memperkirakan bola api ini disebabkan oleh bebatuan luar angkasa dan bukan sampah antariksa.


Baca Juga :
Durasi penampakan bola api berwarna kehijauan ini cukup lama, sekitar 30 detik. Saksi mata yang menyaksikannya pun beramai-ramai merekam fenomena langka ini.

Bola api ini memancarkan cahaya kehijauan yang membuat langit malam menjadi sangat cerah. Kepada ABC News, ilmuwan CSIRO-NASA Glen Nagle mengatakan warna kehijauan ini merupakan tanda dari material besi yang dikandung oleh objek misterius tersebut.

Peneliti dari Curtin University Renae Sayers mengatakan objek misterius ini kemungkinan merupakan objek alami karena garisnya yang jelas dan tajam saat melintasi langit.

"Apa yang cenderung kita lihat, ketika benda-benda seperti sampah antariksa, atau satelit yang terbakar, apa yang cenderung kita lihat adalah percikan," kata Sayers kepada ABC News.

"Ini karena ada bagian yang terbakar - jadi kalian melihat panel surya di mana-mana, bongkahan logam yang bergerak ketika terbakar saat melewati atmosfer kita," sambungnya.

Dari video yang beredar, tidak diketahui berapa jarak objek misterius tersebut dari Bumi dan seberapa besar ukurannya. Ilmuwan dari Curtin University Ellie Sansom mengatakan setidaknya objek ini berjarak 30 km dari Bumi dan objek ini diperkirakan sebagai meteor atau 'grazing fireball'.

Belum diketahui bagaimana nasib akhir objek misterius ini. Ada tiga kemungkinan yang dialami yaitu terbakar habis di atmosfer, sisa bebatuan yang selamat jatuh di daratan, atau terbang kembali ke luar angkasa.

Pada bulan Mei lalu, Australia juga mengalami fenomena serupa ketika sampah antariksa melintas di langit malam dan menghasilkan bola api yang menakjubkan. Rupanya fenomena tersebut disebabkan oleh roket Rusia yang terbakar saat memasuki atmosfer. Rifan Financindo.

Sumber : Detik

Ilmuwan Sebut 36 Peradaban Alien Eksis di Galaksi Bima Sakti

exoplanet

PT Rifan Financindo - Eksistensi alien terus bikin penasaran para ilmuwan. Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di The Astrophysical Journal, ada kemungkinan puluhan peradaban alien eksis di Galaksi Bima Sakti dan mereka dapat berkomunikasi satu sama lain.

"Seharusnya ada sedikitnya beberapa lusin peradaban aktif di galaksi kita dengan asumsi bahwa dibutuhkan 5 miliar tahun bagi kehidupan cerdas untuk terbentuk di planet lain, seperti halnya yang terjadi di Bumi," ujar Christopher J Conselice dari University of Nottingham, Inggris.

Dia yakin pula bahwa, meskipun masih teori spekulatif, penampilan alien punya kemiripan dengan manusia. "Kita tidak akan sangat terkejut saat melihat mereka," cetusnya.

Baca Juga :

Kalkulasi mereka menggunakan metode yang disebut Astrobiological Copernican Limit dan menunjukkan sedikitnya ada 36 planet di Galaksi Bima Sakti ditinggali oleh alien.

Tim dari kampus tersebut berasumsi kehidupan berkembang dengan cara yang sama seperti di planet kita. Artinya, kehidupan seharusnya ada di planet yang berada di zona habitat dan umur planet itu antara 4,5 sampai 5,5 miliar tahun.

Jika benar demikian, kenapa peradaban itu belum bisa dicapai manusia Bumi? Pertama-tama, tim tersebut mengidentifikasi makhluk cerdas sebagai mereka yang dapat memancarkan sinyal radio ke antariksa, seperti kita.

Manusia sendiri baru dapat memahami dan memancarkan sinyal radio dalam sekitar seratus tahun belakangan, padahal kita sudah menempati planet ini diperkirakan selama 200 ribu tahun.

Jadi saat kita mencoba menghubungi mereka dengan sinyal radio, level teknologinya masih sama sehingga belum dapat berkomunikasi. Selain itu ada masalah jarak yang sangat jauh.

Dikutip detikINET dari Metro, seandainya 36 peradaban alien itu tersebar di Bima Sakti, maka jarak terdekat dengan Bumi kemungkinan 17 ribu tahun cahaya. Artinya mustahil didatangi dengan teknologi yang ada saat ini. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik