Sunday, June 28, 2020

Untuk Pertama Kalinya, Terdeteksi Cahaya dari Tabrakan Lubang Hitam

lubang hitam

PT Rifan Financindo - Para astronom menduga, mereka mendeteksi kilatan cahaya dari lubang hitam untuk pertama kalinya. Cahaya ini muncul dari peristiwa bergabungnya dua lubang hitam menjadi satu.

Peristiwa ini terdeteksi pada 21 Mei 2019, ketika para astronom menggunakan interferometer Virgo dan Laser Interferometer Gravatorational-wave Observatory (LIGO) milik National Science Foundation.

Saat itu, mereka mendeteksi tanda tangan gelombang gravitasi yang konsisten dengan saat bergabungnya dua lubang hitam. Peristiwa yang disebut sebagai S190521g, pada awalnya terlihat tidak menghasilkan cahaya tampak.

Baca Juga :

Dan seperti dikutip dari Gizmodo, para ahli fisika selama ini berpikir bahwa lubang hitam tidak mungkin mengeluarkan cahaya ketika mereka saling bertabrakan.

Tinjauan selanjutnya terhadap data yang dikumpulkan di observatorium berbeda, Zwicky Transient Facility (ZTF) di Caltech University, menghasilkan bukti adanya cahaya yang berasal dari peristiwa yang sama.

Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi temuan pertama di dunia astronomi karena sifat lubang hitam yang diketahui selama ini menyerap cahaya.

Penelitian yang dipimpin oleh astronom Matthew Graham dari Caltech University ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Physical Review Letters.

Bintang-bintang neutron yang bertabrakan dan sisa bintang yang meledak, menghasilkan semua jenis spektrum emisi termasuk inframerah, ultraviolet, cahaya tampak, sinar-x, sinar gamma dan gelombang radio.

Di sisi lain, bergabungnya lubang hitam akan memancarkan radiasi yang dapat dideteksi dalam bentuk gelombang gravitasi yang merupakan gerak dalam ruang waktu itu sendiri.

Bergabungnya lubang hitam hingga menghasilkan cahaya menandakan ada sesuatu luar biasa telah terjadi.

Peristiwa S190521g terjadi di dekat lubang hitam supermasif di pusat galaksi kita. Lubang hitam ini dikelilingi piringan raksasa yang penuh oleh gas, debu dan bermacam objek lain mulai dari asteroid, bintang, hingga lubang hitam yang lebih kecil.

"Benda-benda ini berkerumun seperti lebah marah di sekitar lebah ratu. Mereka secara singkat dapat menemukan pasangan gravitasinya tetapi biasanya kehilangan pasangan mereka dengan cepat juga karena tarikan gravitasi," kata K. E. Saavik Ford, astronom dari City University of New York (CUNY) yang menjadi co-author penelitian ini.

Dalam kasus S190521g, lubang hitam yang baru bergabung kemudian meluncur dalam peristiwa astrofisika yang dikenal sebagai 'kick'. Peristiwa ini menyebabkan lubang hitam meluncur dengan kecepatan tinggi hingga memicu reaksi dengan gas di sekitarnya yang menghasilkan cahaya api yang sangat terang dan berumur panjang.

"Lubang hitam supermasif ini berkobar selama bertahun-tahun sebelum suar cahaya baru muncul. Cahaya terjadi pada skala waktu dan di lokasi yang tepat, berbarengan dengan peristiwa gelombang-gravitasi," kata Graham.

"Dalam penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa suar tersebut kemungkinan merupakan hasil penyatuan lubang hitam, tetapi kami tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan lain," katanya.

Kemungkinan-kemungkinan lain dari kemunculan cahaya ini termasuk supernova atau gangguan pasang surut, di mana bintang menabrak lubang hitam. PT Rifan Financindo.

Sumber : Detik

No comments:

Post a Comment