Rifanfinancindo - Studi terbaru yang dilakukan tim peneliti internasional meyakini bahwa mereka telah mendapatkan pengukuran yang akurat mengenai usia alam semesta. Mereka melakukan ini dengan melihat foto 'bayi' kosmik.
Dalam studi ini, tim peneliti yang termasuk ilmuwan dari 41 lembaga di tujuh negara, mengandalkan pengamatan oleh Teleskop Kosmologi Atacama (Atacama Cosmology Telescope/ACT) di Chili.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Cosmology and Nongalactic Astrophysics ini, mengonfirmasi bahwa alam semesta berasal dari 13,8 miliar tahun lalu, berdasarkan serpihan-serpihan cahaya yang tersisa dari peristiwa Big Bang.
Baca Juga :
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SURABAYA | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
- PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat.
Untuk memperkirakan berapa umur alam semesta, para peneliti melihat kembali ketika semuanya dimulai. Mereka mengukur cahaya tertua yang dipancarkan oleh kosmos untuk mendapatkan citra terbaik dari foto 'bayi' semesta.
"Kami memugar kembali 'foto bayi' alam semesta ke kondisi aslinya, menghilangkan keausan waktu dan ruang yang mendistorsi gambar," kata salah satu peneliti Neelima Sehgal, professor dari Stony Brook University's Physics and Astronomy Department seperti dikutip dari Inverse.
"Hanya dengan melihat foto bayi yang lebih tajam ini atau gambar alam semesta, kita dapat lebih memahami bagaimana alam semesta kita dilahirkan," sambungnya.
Para peneliti mengandalkan latar belakang gelombang mikro kosmik, atau radiasi elektromagnetik yang telah ditinggalkan sejak tahun-tahun awal alam semesta, untuk menciptakan citra baru alam semesta ini saat masih bayi.
Cahaya yang dipancarkan 380.000 tahun setelah terjadinya Big Bang bervariasi dalam polarisasi, diwakili oleh warna merah atau biru. Tim peneliti menggunakan jarak antara variasi-variasi ini untuk menghitung estimasi baru untuk usia alam semesta.
Perkiraan umur alam semesta sebelumnya bergantung pada Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) NASA dan Teleskop Ruang Angkasa Planck Badan Antariksa Eropa (ESA) milik NASA.
Pada 2013, teleskop Planck ESA memperkirakan bahwa alam semesta berusia 13,82 miliar tahun berdasarkan peta paling detail yang pernah dibuat dari latar belakang gelombang mikro kosmik. Sementara itu, WMAP diluncurkan pada tahun 2001 untuk mengukur perbedaan suhu di langit dengan latar belakang gelombang mikro kosmik.
Pada 2016, NASA mengumumkan bahwa alam semesta berusia 13,77 miliar tahun menurut data dari WMAP. Namun, di tahun 2019, sebuah penelitian menunjukkan bahwa alam semesta sebenarnya mungkin 2 miliar tahun lebih muda dari yang diyakini sebelumnya.
Studi itu menggunakan pergerakan bintang-bintang untuk memperkirakan laju ekspansi kosmos dan menunjukkan bahwa alam semesta sebenarnya telah berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, dan karenanya, mencapai ukurannya saat ini dengan kecepatan yang lebih cepat.
"Sekarang kita telah menemukan jawaban di mana Planck dan ACT sepakat," kata penulis utama studi ini Simone Aiola dari Center for Computational Astrophysics Institute di New York City.
"Studi ini berbicara fakta bahwa pengukuran yang sulit tentang alam semesta ini dapat diandalkan," tutupnya. Rifanfinancindo.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment